Tantangan #7 (TO7) Observasi Dan Wawancara
Halo
teman-teman kali ini aku mendapatkan tantangan #7 yaitu
Melanjutkan
tantangan 7 minggu kemarin, Aku dan Husayn melakukan wawancara ke seorang
penjual klepon bernama Ibu Joko. Wawancara kami lakukan saat berada di Malang.
Masih dalam perjalanan travelschooling Amazing Java Bali Road Trip.
Sebelum
menceritakan bagaimana hasil wawancara, aku ingin menceritakan sedikit tentang
asal mula kue klepon. Sayang sekali, Ibu Joko tidak tahu asal mula klepon.
Ternyata beliau hanya membuat dan menjualnya saja. Akhirnya aku mencari
informasi di internet. Dan menemukan cerita asal usul klepon. Berikut
ceritanya:
“Dahulu kala, hidup
seorang janda bersama putrinya bernama Galuh di suatu daerah di Martapura.
Sejak ditinggal suaminya meninggal dunia janda tersebut hanya hidup bersama
Galuh putri semata wayangnya. Sang janda pun sering sakit – sakitan sepeninggal
sang suami. Sang janda mempunyai kebiasaan yaitu senang membuat kue, yang
beliau namakan Wadai masak di lasung.
Sang janda pun mencari nafkah melalui berdagang Wadai masak di lasung tersebut. Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu, ia pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin sekali makan wadai masak di lasung. Akhirnya Galuh kedapur untuk membuatkan kue wadai. Namun Galuh tidak bisa membuat kue persis seperti yang Ibunya buat. Namun kue tersebut tetap ia hidangkan kepada ibunya karena Ibunya menanyakan dan lama menunggu. Sampai saat ibunya bertanya, akhirnya Galuh menjawab “kalapun”. Setelah itu Galuh menemui ibunya dengan membawa kue kreasinya itu, sang ibu terkejut mengapa kue yang dibuat Galuh tak sama seperti kue buatannya. Lalu dicicipinya kue buatan putri tersayangnya, ia kembali terkejut karena kue tersebut memiliki rasa yang begitu enak. Sang ibu pun memuji kepandaian Galuh membuat kue.
Pada saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut. Tetangga kemudian bertanya apa nama kue tersebut, Galuh terdiam ia tak tau apa nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun, bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia mengatakan bahwa kue tersebut bernama kalapun.
Sejak saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya dengan berdagang kue kelepun.
Seiring perkembangan zaman yang terus mengarah pada perubahan kue kelepun pun ikut mengalami perubahan sedikit nama dari kelepun menjadi kelepon. Namun tak sedikit orang yang masih menyebut kelepun pada kue kelepon. Mengenai rasa dan bahan pembuatan kelepon tak ada perubahan hingga sekarang, kelepon tetap menjunjung rasa manis dan menggugah selera. Karena Galuh tinggal di daerah Martapura maka kue kelepon tersebut disinyalir sebagai salah satu kue khas Martapura.”
Sang janda pun mencari nafkah melalui berdagang Wadai masak di lasung tersebut. Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu, ia pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin sekali makan wadai masak di lasung. Akhirnya Galuh kedapur untuk membuatkan kue wadai. Namun Galuh tidak bisa membuat kue persis seperti yang Ibunya buat. Namun kue tersebut tetap ia hidangkan kepada ibunya karena Ibunya menanyakan dan lama menunggu. Sampai saat ibunya bertanya, akhirnya Galuh menjawab “kalapun”. Setelah itu Galuh menemui ibunya dengan membawa kue kreasinya itu, sang ibu terkejut mengapa kue yang dibuat Galuh tak sama seperti kue buatannya. Lalu dicicipinya kue buatan putri tersayangnya, ia kembali terkejut karena kue tersebut memiliki rasa yang begitu enak. Sang ibu pun memuji kepandaian Galuh membuat kue.
Pada saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut. Tetangga kemudian bertanya apa nama kue tersebut, Galuh terdiam ia tak tau apa nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun, bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia mengatakan bahwa kue tersebut bernama kalapun.
Sejak saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya dengan berdagang kue kelepun.
Seiring perkembangan zaman yang terus mengarah pada perubahan kue kelepun pun ikut mengalami perubahan sedikit nama dari kelepun menjadi kelepon. Namun tak sedikit orang yang masih menyebut kelepun pada kue kelepon. Mengenai rasa dan bahan pembuatan kelepon tak ada perubahan hingga sekarang, kelepon tetap menjunjung rasa manis dan menggugah selera. Karena Galuh tinggal di daerah Martapura maka kue kelepon tersebut disinyalir sebagai salah satu kue khas Martapura.”
Sebelum aku mewawancarai Ibu Joko di Malang. Saat perjalanan
dari Surabaya ke Situbondo, kami mampir ke kota Pasuruan yang terkenal dengan
kue klepon. Disana banyak para pedagang yang menjual kue kelepon disepanjang
jalan. Kami membeli kelepon di salah satu warung. Namanya Warung Wahyu Aris.
Rasanya enaaaaaak sekaliiiiiiii!!! Ibu penjual juga menjual cenil dan lupis
yang rasanya juga sama enaknya. Disana kami tidak melakukan banyak wawancara.
Karena saat itu kami belum tahu kalo tantangannya mengenai wawancara “kue non
terigu”.
Saat di Bali kami menemukan penjual kelepon yang terbuat dari
ubi ungu di Desa Penglipuran. Ibu Wayan dan warga sekitar belajar membuat
klepon dari ubi ungu yang diinisiasi oleh Pemerintah Daerah Bali. Akhirnya kue
kelepon ungu ini dijadikan salah satu kue yang dijual di warung Ibu Wayan. Cara
membuatnya sama dengan kelepon dengan bahan daun pandan. Hanya kalo ini bahan
dasarnya ubi ungu.
Sampai di Malang, aku dan Husayn kembali mewawancarai Ibu
Joko yang berjualan kelepon di jalan Gunung Kerinci. Juga menjual cenil dan
lupis. Rasanya juga lezzaaaaaaaaaat sekali! Ibu Joko menceritakan apa bahan dan
cara membuat kelepon beliau. Berikut bahan dan cara membuatnya:
Bahan
membuat kelepon:
450 gr tepung ketan putih
50 gr tepung beras
1/2 sendok teh garam halus
gula merah secukupnya ( disisir halus )
air secukupnya
1 lembar daun pandan
kelapa parut yang tidak terlalu tua
secukupnya untuk taburan
pasta pandan secukupnya
Cara Membuat Kue Klepon Yang Lebih Lengkap :
Campurkan tepung ketan dan tepung beras dalam
satu wadah, aduk rataMasukkan pasta pandan secukupnya kedalam campuran tepung, aduk rata
Tuang air sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan pas
Bentuk bulat-bulat adonan yang sudah diuleni sampai kalis dan beri isi gula merah pada bagian tengahnya ( lakukan sampai adonan pas )
Rebus adonan yang sudah dibentuk bulat dalam air yang mendidih sampai benar-benar matang
Sambil menunggu adonan matang, campurkan kelapa parut dengan sedikit garam lalu dikukus sebentar
Angkat adonan lalu tiriskan kemudian gulingkan dengan kelapa parut yang sudah dikukus hingga merata
Kue klepon gula merah siap untuk dinikmati.
Ini Foto Foto Di Tempat Tsb: _________________________________________________________________________
Ini foto Di Warung Bu Joko
Sekian dari Aza Assalammualaikum
Terimakasih Artikel Tantangan #7 (TO7) Observasi Dan Wawancara nya bagus dan membantu sekali, semoga sukses selalu yaa .. Aamiin
ReplyDeleteSalam Resep Kue Kering Lebaran